Oleh Poltak Sinaga
Musik keroncong adalah
sejenis orkes dengan formasi alat-alat musik seperti, biola, flute, gitar
melodi, ukulele (cuk), banyo, cello dan contrabas. Irama musiknya berupa
permainan mono ritmik dari
beberapa alat musik yang dijalin dengan kendangan secara improvisatif. Sedang pada vokal (penyanyi), terdapat
penggunaan cengkok yang fleksibel dengan teknik glisando.
Musik
Keroncong berakar dari gaya akulturasi tradisional yang berkembang menjadi
gendre populer. Perkembangan jenis musik
ini erat kaitannya dengan dunia maritim, percampuran etnis dan ras, masyarakat
kalangan bawah. Musik Keroncong di kenal
di Indonesia pada Abad 16 sejalan dengan masuknya para pelaut Portugis. Situasi ini terjadi di banyak tempat termasuk
di semenanjung Malaka, Maluku, Batavia, India, Pantai-pantai Afrika, dan lain-lain. Dalam kaitan ini yang
terlibatpun bukan hanya orang-orang Portugis asli, akan tetapi juga orang-orang
Portugis keturunan, India, Cina, Afrika, Eropa Barat, dan Melayu sehingga kadar
musik keroncong itu merupakan sinkretisasi banyak unsur musikal.
Pada Abad 18 musik
keroncong menjadi sangat populer di kampung-kampung dan daerah pelabuhan di
kalangan masayarakat kosmopolit sebagai salah satu musik hiburan. Kemudian di masa awal kemerdekaan film-film
mulai memanfaatkan musik keroncong sebagai upaya unruk menarik perhatian
masyarakat luas. Banyak para komposer (pencipta lagu) pada masa itu beralih ke
jenis musik keroncong sebagai medium yang nasionalistik, dimana pada saat itu
banyak orang yang menolak unsur asing, sehingga kedudukan bahasa Melayu yang
dominan pada masyarakat urban menjadikan musik keroncong menjadi sangat
merakyat sebagai budaya sendiri. Bahkan ketika Jepang berkuasa di Indonesia,
musik keroncong aman-aman saja, ketika Jepang melarang peredaran musik
populer asing. Pada hal di sisi lain peranan musik keroncong sangat
dominan dalam menaikkan rasa nasionalisme pada masa itu.
Perkembangan berikutnya
setelah tahun 1945, terjadi banyak
eksperimen yang melingkari musik keroncong yang melibatkan ekspansi ke
musik populer lain, termasuk inkorporasi dengan ritem-ritem musik Latin.
Dalam bisnis penjualan kaset rekaman musik yang muncul di akhir tahun 1960-an,
musik keroncong menjadi salah satu genre pop yang penting dalam penjualan
kaset. Popularitas musik keroncong juga masuk ke club-club hiburan malam di
Singapura, Bangkok, Manila, dan Hongkong. Untuk Indonesia berkembang hibridasi
keroncong dengan elemen regional
termasuk bahasa dan teknik musikal yang berasal dari karakter tradisi
setempat.
Gaya dan Struktur
Komposisi
Istilah keroncong
sering dikaitkan dengan instrumen jenis ukulele atau cuk yang
tercakup dalam fomasi ensambel. Keseluruhan ensambel terdiri dari instrumen
kordofon Barat seperti, keroncong, gitar, biola, cello, flute dan perkusi
ringan yang mengiringi vokal atau bermain secara instrumental. Perjalanan vokal
kadangkala dengan karakter free rhytmic dipandu musik iringan yang
dipatokkan pada medium tempo dengan ritem yang quadratis. Biasanya gaya vokal dipengaruhi teknik
bernyanyi bel canto yang mengandung vibrato, dengan loncatan-loncatan
sentimental dan appogiatura. Dalam keroncong asli, instrumen
musik petik yang biasanya mengusung progresi harmonik. Sementara biola dan
flute mengimbuhnya dengan melodi improvisasi dan sesekali dengan heterofoni
dengan jalur melodi vokal. Kebanyakan
lagu-lagu keroncong dibawakan dalam skala mayor dan minor dengan harmoi yang
sederhana atau dengan akor-akor pokok, namun progresi harmoniknya sangat unik
dan tidak terlalu menuruti ekspektasi aturan harmoni musik Barat.
Dalam kesederhanaan
harmoninya, pada musik keroncong penggunaan alat musik dawai sebagai
akompanyemen, gaya bernyanyi yang crooming terasa adanya tarik menarik
antara gaya keroncong dengan musik fado dari Portugis. Keterlibatan corak musik ini dengan hal-hal
yang berbau maritim membuat kita memikirkan bahwa evolusi kedua genre ini
mungkin ada interelasi. Namun dalam
perkembangannya mengalami perbedaan kontak lingkungan, kalau fado tetap
dalam situasi yang semakin membarat, sementara keroncong pada masa
perkembangannya banyak mengalami gamelanisasi.
Dari kenyataan-kenyataan
di atas dapat diketahui bagaimana pentingnya dan panjangnya perjalanan
perjalanan musik keroncong dalam khasanah musik Indonesia. Namun kenyataannya sekarang musik keroncong
nyaris tak terdengar lagi. Penayangan
jenis musik ini baik melalui siaran radio maupun televisi terasa sangat minim. Fenomena ini mengisyaratkan bahwa musik
keroncong telah mengalami krisis penggemar. Kenyataannya hanya kaum tua yang masih gemar
mendengar musik keroncong. Akankah musik
keroncong ini akan mati dan terkubur?
Kekhawatiran akan tragedi
ini sebenarnya sudah dirasakan oleh para pemusik dan pencinta keroncong. Hal ini ditandai dengan berdirinya organisasi
HAMKRI (Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia). Tetapi karena sesuatu dan lain hal organisasi
ini seakan berjalan di tempat. Kondisi
ini menjadi sebuah kekhawatiran di tengah derasnya gelombang musik pop. Musik
keroncong semakin tak berdaya dan ompong.