Mozaik Seni Budaya

Generasi muda yang ingin menambah wawasan seni budaya, dan musik, di sini tempatnya (Poltak Sinaga)

Sabtu, 14 April 2012

Jazz...


Oleh Poltak Sinaga
 
 Pada awal Abad 19, di Amerika Serikat bagian selatan, jazz mulai terdengar. Lagu-lagu bergema dari gubuk-gubuk di tengah perkebunan  kapas, di tepi sungai, dan berbagai lokasi pemukiman kaum budak. Lagu-lagu dalam bentuk vokal tersebut merupakan  manifestasi kehidupan kaum budak dengan alam sekitar dengan sang pencipta. Lagu-lagu tersebut berisi keluhan, ratapan nasib, penderitaan hidup dan segala kesengsaraan yang hina-dina. Kemudian lagu-lagu tersebut berkembang menjadi sarana hiburan yang dapat melampiaskan segala penderitaan menuju bentuk musik yang kemudian mengemban misi sosial masyarakat lingkungannya.
Nyanyian-nyanyian tersebut kemudian dilengkapi dengan instrumen-instrumen musik bekas dari tentara-tentara, seusai perang saudara Amerika pada pertengahan Abad 19.  Pada masa awal alat-lat musik tersebut dimainkan seadanya saja menurut insting atau spontanitas yang memainkan.  Sejak itu musik vokal lambat laun berubah bentuk dari dasar vokal dengan sistem skema ritmis nada-nada vokal, kepada dasar penggunaan instrumen dengan sistem skala nada diatonis Barat.  Kemudian diperkaya dengan penggunaan nada akar blue note yang terbawa dari sumbernya yaitu dari Swahili, Afrika Tengah.  Generasi awal berkembang hampir seratus tahun, sampai kemudian melahirkan bentuk-bentuk musik yang baku dengan menggunakan pola teknis Eropa, termasuk musik tradisional Prancis, tetapi dengan kandungan serta ekspresi dari ritmis Afrika.
Pembauran musik tersebut banyak terdapat di bagian selatan pantai Lousiana dan Missisippi, yang kemudian dikenal dengan nama, bluez, minstrell, ragtime, dixie, charleston, creol jazz, serta banyak lagi sistem sinkopasi yang memberi kesan aksen-aksen yang menjadi cikal bakal jazz.  Pada periode ini musik jazz mulai merambah ke Amerika Tengah dan terus ke utara.  Kehadiran musik jazz mulai menarik perhatian para musisi kulit putih, yang kemudian terlibat untuk menyempurnakannya dengan pengetahuan baku dari pendidikan musik yang diperoleh dari Eropa. Berkat adanya sentuhan penyempurnaan ini, musik jazz dengan sendirinya telah memasuki jalur pengembangan teknis menurut sistem pendidikan sehingga melahirkan keahlian sistem penulisan, teknik bermain, pola permainan kelompok sebagaimana halnya dengan musik Barat.  Namun tetap mempertahankan dan mewadahi ekspresi jiwa dan ritme yang berakar dari musik tradisional Afrika.
Musik Jazz merupakan seni cangkokan, karena salah satu sumbernya adalah musik Afrika Barat dan Karibia.  Meskipun beberapa peneliti musik menyebutkan bahwa sumber musik jazz adalah musik primitif dari kedua kawasan itu, sering diabaikan begitu saja secara sepihak, terutama dalam sejarah musik jazz.  Sebagian beranggapan bahwa musik Eropa dan Amerika Utaralah yang justru melahirkan musik jazz.  Di sisi lain musik populer dan klasik bangsa Spanyol serta Prancis sangat mempengaruhi perkembangan musik jazz.  Harus diakui bahwa New Orleans pernah berada dalam kekuasaan Prancis.
“Nenek Moyang” musik jazz secara langsung adalah musik rakyat kulit hitam (Negro), seperti lagu-lagu kerja (work song), lagu-lagu spiritual, lagu-lagu perkebunan, dan bluez, ragtime baik dalam bentuk fomal (komposisi untuk piano), maupun dalam bentuk yang lebih bebas dari pemusik jalanan, atau kelompok musik tiup (brass).  Kemudian dapat dilihat pada bentuk-bentuk yang banyak bermain dalam pleasure club, yakni kelompok atau organisasi persaudaraan yang pada masa itu banyak dijumpai di New Orleans.
Meskipun ada anggapan bahwa musik jazz lahir di Chicago, namun New Orleans merupakan satu-satunya kota yang layak dan pantas mengklaim bahwa jazz lahir di kota itu. Karena beberapa perintis dan pelopor musik jazz  yang sangat terkenal seperti, Louis Amstrong dan King Oliver lahir dan besar di kota New Orleans.  Kota ini dapat dikatakan sebagai kota pembibitan musisi jazz yang cukup penting dan hampir semua unsur yang mendukung terbentuknya jazz terdapat di kota ini.

Era Swing

Munculnya gaya swing dalam jazz ternyata dapat mengangkat harkat musik ini ke tingkat yang lebih terhormat.  Kalangan musisi kulit putihpun mulai ikut memainkan musik jazz. Munculnya gaya swing ke dalam jazz diperkirakan tahun 1928 ketika Jely Roll Morton membuat rekaman Georgia Swing dan Kansas City Stomp.  Kemudian diperkuat oleh Duke Ellington pada tahun 1932 dalam album, If Don’t a Thing atau If It Ain’t Got That Swing bersama tokoh jazz termahsyur lainnya seperti, Johnny Hodges, Barney Bigard, Harry Carney, dan Otto Hardwicke, kelompok saksofon yang kemudian unsur penting dalam swing.
Swing dalam bahasa musikal adalah bermain dengan perasaan ritmis, perasaan yang membutuhkan semacam kesinambungan metris yang agak miring, yang sebenarnya sukar diekspresikan dalam notasi musik.  Irama swing dapat disebut sebagai trick interpretatif sebab swing sukar diuraikan dengan rumusan yang jelas dan rapi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar